Sabtu, 31 Desember 2011

DIRIKU , MATEMATIKAKU, PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF RUANG DAN WAKTU

UMMI AISYAH PMAT A PPS UNY 2011 A. Pendahuluan Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai makhluk yang mempunyai akal pikiran, untuk dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dengan akal pikiran tersebut, manusia memiliki kelebihan tersendiri dari makhluk-makhluk lainnya. Manusia memiliki berbagai potensi yang hebat dan unik, baik lahir maupun batin, bahkan pada setiap anggota tubuhnya. Sebagian ahli menyatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi: IQ (Intelligent Quotient), EQ (Emotional Quotient), CQ (Creativity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Gardner menemukan multiple-intelligence, yaitu: Kecerdasan visual dan Spasial; Kecerdasan Musik; Kecerdasan Linguistik; Kecerdasan Logik/Matematik; Kecerdasan Kinestetik; Kecerdasan Interpersonal; Kecerdasan Intrapersonal; dan Naturalis. Bahkan ditambah dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Sebagai potensi, maka ia masih merupakan kemampuan dasar atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan melalui aktivitas belajar secara berkelanjutan. Karena itu, potensi tersebut perlu diaktualkan, dikembangkan dan diberdayakan secara optimal untuk mencapai kemajuan peradaban manusia. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berpikir mengenai yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan ruang dan waktunya. Selanjutnya dengan potensi – potensi yang dimiliki manusia mampu menjadikan dirinya menjadi orang – orang yang bermanfaat, istimewa dimata Allah swt karena ksholehan dan ketakwaannya. Dia selalu berada dijalan yang Allah swt ridhoi dan terhindar dari Hal – hal yang dilarang-Nya. Taqwa itu adalah “Hendaklah Allah tidak melihat kamu berada didalam larangan – larangannya dan tidak kehilangan kamu didalam perintah – perintah-Nya”. Manusia yang seperti ini selalu berdoa kepada Robb nya “Ya Allah jadikanlah aku orang yang bermanfaat dimanapun aku berada”. Selanjutnya dengan potensi yang dimiliki manusia itu pula ia mampu membangun pengetahuan matematika dalam dirinya. Matematika selalu hadir dalam kehidupan manusia baik yang disadari keberadannya maupun tidak. Dari kecil bahkan belum bisa berkata – kata seorang manusia telah menerapkan ilmu matematika dalam dirinya, misalnya seorang anak yang masih kecil yang ikut bersama bapaknya ke masjid untuk melakukan sholat berjama’ah, jumlah rakaat yang dilaksanakan berbeda antara sholat maghrip, isya, dan subuh. Seorang anak akan merasakan perbedaan antara isya dan subuh, kalau sholat subub dari mulai sholat hanya dua kali berdiri, sementara sholat isya sampai empat kali baru selesai sholatnya. Ketika anak tersebut sudah pandai berkata – kata maka ia akan bertanya kepada bapaknya, kenapa kalau sholat isya berdirinya banyak sementara subuh hanya dua kali berdiri, dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia itu dengan tidak sengaja telah menerapkan matematika dalam dirinya. B. Diriku Dan Filsafat Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) atau filosofi (bahasa Yunani) berarti cinta kebijaksanaan, cinta menggunakan akal budinya atau cinta menggunakan pengalaman dan pengetahuannya secara arif. Karena menggunakan pengalaman dan pengetahuan secara arif dengan akal budi dianggap suatu kebenaran untuk bertindak maka cinta kebijaksanaan juga dianggap cinta akan kebenaran untuk bertindak. Kebijaksanaan dapat berbeda dengan kebijakan. Pada umumnya kebijakan merupakan konsep, asas atau aturan biasanya tertulis untuk melaksanakan kebijaksanaan. Kebenaran dan kebijaksanaan itu sebetulnya masih relative, karena yang absolute atau definitive ada pada Allah swt . Sementara manusia sangat terbatas dalam segala hal. Karena keterbatasa yang dimiliki oleh manusia maka ia selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam dirinya mengerahkan segala potensi yang dimiliki sehingga apa yang direncanakannya dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ruang dan waktunya. Selama hidupnya setiap manusia pasti memikirkan segala yang ada dan yang mungkin ada. Manusia yang menginginkan dan memahami pentingnya keseimbangan hidup dunia akhiratnya dalam dirinya akan selalu menjaga segala tingkah laku dan perbuatannya, menjaga hubungannya dengan Allah , hubungannya dengan manusia, dan hubungannya dengan alam semesta, tidak ada ketimpangan dalam memikirkan dan mengaflikasikannya, wajib mengikuti aturan, syarat dan rukunnya (menyesuaikan ruang dan waktunya). Ia juga akan merancang aktivitas apa saja yang mendukung akan keseimbangan antara dunia dan akhiratnya dengan pikiran yang seluas – luasnya dan sedalam – dalamnya yang mengacu kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah saw, kemudian menuliskannya agar mudah mengevaluasi dan memperbaikinya apakah telah sesuai yang ia tuliskan dan rencanakan. Selanjutnya setelah ia berhasil sesuai dengan rencana yang dipikirkan dan dituliskannya maka ia harus melakukan peningkatan dengan harapan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Dengan demikian dalam hidup dan kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari filsafat. Inilah diriku, aku tidak bisa lepas dari filsafat. Apa yang saya telah pikirkan, inginkan, rencanakan, tuliskan, laksanakan, evaluasi dan tingkatkan tidak lain adalah perjalanan filsafat sesuai dengan dimensi yang ada. Diriku adalah subyek sekaligus obyek dalam filsafat. Sebagai subyek karena terkait langsung dengan kegiatan berpikir yang tidak lain adalah filsafat itu sendiri, sedangkan sebagai obyek karena merupakan salah satu bagian kecil dari obyek filsafat yang mencakup semua yang ada dan yang mungkin ada. C. Matematika dan Filsafat Matematika adalah ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk kita ketahui. Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.Selanjutnya Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak - dampak matematika. Matematika merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf, metodenya juga banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat. Pada abad terakhir di mana logika yang merupakan kajian sekaligus pondasi matematika menjadi bahan kajian penting baik oleh para matematikawan maupun oleh para filsuf. Logika matematika mempunyai peranan hingga sampai era filsafat kontemporer di mana banyak para filsuf kemudian mempelajari logika. Logika matematika telah memberi inspirasi kepada pemikiran filsuf, kemudian para filsuf juga berusaha mengembangkan pemikiran logika misalnya “logika modal”, yang kemudian dikembangkan lagi oleh para matematikawan dan bermanfaat bagi pengembangan program komputer dan analisis bahasa. Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan ilmu lainnya. D. Pendidikan dan Filsafat Sejak lahir baik yang kita sadari maupun tidak kita sudah mendapat banyak dari orang tua . Orang tua merupakan guru pertama kita. Pendidikan adalah hal tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan penting untuk membentuk pola pikir, akhlak dan prilaku manusia agar sesuai dengan norma – norma yang ada seperti norma agama, adat, dan budaya. Jadi pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seluruh aspek yang ada dalam kehidupan kita, baik orang yang terdekat, keluarga, masyarakat, ataupun lembaga – lembaga yang ada, baik yang terjadi secara formal maupun non formal dengan tujuan untuk mengubah kebiasaan – kebiasaan tikak baik menjadi kebiasaan baik selama kita hidup untuk memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik dan mampu menjawab tantangan dimasa depan. Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya yang ada yang mungkin ada. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang kritis. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan. Datar Bacaan: 1. Depdiknas. 2002. Ilmu Filsafat. Dirjen Dikdasmen-Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Jakarta. 2. Marsigit. Hubungan antara Filsafat dan Matematika. http://marsigitphilosophy.blogspot.com/2008/12/hubungan-antara-filsafat-dan-matematika.html, diakses tanggal 12 Desember 2011 3. http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/ 4. http://www.maswins.com/2010/06/pengertian-matematika.html 5. http://pasca.uin-malang.ac.id/media.php?module=detailtausiyah&id=5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar