Senin, 05 Desember 2011

Elegi Ritual Ikhlas III: Menggapai Keutamaan Dzikir


Aspek Ontologi
Zikirullah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keimanan kepada Allah swt. Dan orang-orang yang lalai dari mengingat atau berdzikir kepada Allah akan  mudah terjerumus ke dalam maksiat. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran bagi kaum yang berfikir, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan bumi (kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api neraka”.(QS. Ali-Imran:190-191). Rasulullah SAW ciptaan Allah swt  yang paling mulia, tauladan bagi setiap muslim, diamnya dan bicaranya adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam diri, melamun yang tidak bemanfaat, diamnya selalu dalam konteks berfikir dan berdzikir. Seluruh kata-katanya mengandung zikir, Rasulullah SAW sebagai sebaik-baik ahli zikir dan pemimpin orang-orang yang berzikir. Rasulullah adalah hamba yang paling mengenal Rabbnya, memiliki lafal-lafal yang indah, kedalaman makna zikir, do’a, syukur, tasbih dan tahmid di setiap waktu dan kesempatan baik zikir yang kecil, maupun zikir yang besar.
Aspek Estimologi
Adab berdzikir:
1.      Khusyu’ atau menghadirkan hati dan pikiran dalam memahami makna lafal yang diucapkan. Kemudian berusaha terwarnai oleh zikir tersebut dan berusaha menjalani maksud dan tujuannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan konsentrasi yang penuh dan iradah (kemauan) yang besar sehingga tidak terganggu atau mengganggu yang lain. Terkait dengan ini, Allah Taala berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(QS. Al-A’raaf:205)
Aspek Aksiologi
Dengan dzikir:
·      Allah swt akan mencintainya
·      Mendekatkan diri pada Allah sehingga termasuk pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
·      Allah swt memudahkan urusan orang yang rajin berdzikir,  
·      Terhindar dari  perkataan yang batil seperti ghibah, namimah, perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan hal – hal yang diperintahkan oleh Allah,  maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia atau yang dilarang oleh Allah swt
·      Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar