Aspek Ontologi
Zikirullah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keimanan
kepada Allah swt. Dan
orang-orang yang lalai dari mengingat atau berdzikir kepada
Allah akan mudah terjerumus ke
dalam maksiat. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran bagi
kaum yang berfikir, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan
berdiri, duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan
bumi (kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api neraka”.(QS. Ali-Imran:190-191).
Rasulullah SAW ciptaan Allah
swt yang paling mulia, tauladan bagi
setiap muslim, diamnya
dan bicaranya adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam
diri, melamun yang tidak bemanfaat, diamnya selalu dalam konteks berfikir
dan berdzikir. Seluruh
kata-katanya mengandung zikir, Rasulullah
SAW sebagai sebaik-baik ahli zikir dan pemimpin orang-orang yang berzikir.
Rasulullah adalah hamba yang paling mengenal Rabbnya, memiliki lafal-lafal yang
indah, kedalaman makna zikir, do’a, syukur, tasbih dan tahmid di setiap waktu
dan kesempatan baik zikir yang kecil, maupun zikir yang besar.
Aspek Estimologi
Adab berdzikir:
1.
Khusyu’ atau menghadirkan hati dan pikiran dalam memahami makna lafal yang diucapkan. Kemudian berusaha terwarnai oleh zikir tersebut dan berusaha
menjalani maksud dan tujuannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan
konsentrasi yang penuh dan iradah (kemauan) yang besar sehingga tidak
terganggu atau mengganggu yang lain. Terkait dengan ini, Allah Taala berfirman,
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu
pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai”.(QS. Al-A’raaf:205)
Aspek
Aksiologi
Dengan
dzikir:
· Allah swt akan mencintainya
·
Mendekatkan diri pada Allah sehingga
termasuk pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah
seakan-akan melihatnya.
·
Allah swt memudahkan urusan orang
yang rajin berdzikir,
· Terhindar dari perkataan yang batil seperti ghibah, namimah,
perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama
sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan
boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara
dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan hal – hal
yang diperintahkan oleh Allah, maka
pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia atau yang dilarang oleh Allah
swt
· Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan,
disenangi dan dicintai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar